Rabu, 16 Mei 2012

Alat Kontrasepsi Sederhana




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

"Banyak Anak Banyak Rejeki" adalah kepercayaan kuno orang zaman dulu karena semakin banyak anak maka semakin tenaga banyak sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan ekonomi keluarga. Zaman modern sekarang ini justru menganggap dua anak cukup guna membentuk keluarga berencana atau keluarga berkualitas alias KB

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB ) sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.

Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat kontrasepsi untuk wanita,juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi,keuntungan,kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat kontrasepsi yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket.
Tugas kita sebagai tenaga medis yaitu berusaha membantu masyarakat agar mereka mau menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan program pemerintah yaitu setiap keluarga memiliki anak 2 orang.

1.2 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai metode kontrasepsi sederhana berupa  Lingkup masalahan.

1.3  Tujuan dan Maksud Penulisan
1.      Mahasiswa mampu mempelajari metode kontrasepsi sederhana
2.      Untuk mengingatkan kita kembali untuk mengetahui lebih mendalam tentang metode kontrasepsi sederhana


1.4  Metodelogi Penulisan
Metodologi yang digunakanYaitu, Metode studi pustaka melalui referensi-referensi yang ada di perpustakaan kampus maupun internet.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian
Metoda kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkandengan cara-cara yang lain.

2.2 Macam macam
macam macam alat kontrasepsi  sederhana dibagi 2 yaitu:
1.      Tanpa alat yang terdiri dari :
Metode kalender
Metode Mal (metode amenore laktasi)
Metode suhu basal
Metode lendir cervik
Metode symtotermal
Metode coitus interuptus
2.      Dengan alat yang terdiri dari
Kondom
Diafragma
Spermisida
Cap cerviks

A.    Metode kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender. Pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

Manfaat:
Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
a.       Manfaat kontrasepsi yaitu sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
b.      Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Ø  Keuntungan
Ø  Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
Ø  Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
Ø  Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
Ø  Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
Ø  Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
Ø  Tidak memerlukan biaya.
Ø  Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Ø  Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
Ø  Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
Ø  Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
Ø  Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual      setiap saat.
Ø  Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
Ø  Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
Ø  Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
Ø  Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Ø  Keefektifitas
akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.

Ø  Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
2.      Fertility phase (masa subur).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam
siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang
wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali
siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :
Hari pertama
masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir
masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang
wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.







B.     Metode Amenore Laktasi (MAL)


Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat menekan kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui. Oleh karena itu, selain menggunakan Metode Amenorea Laktasi juga harus menggunakan metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma, kondom, spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK) maupun IUD.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
  1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali sehari.
  2. Belum mendapat haid.
  3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Ø   Cara kerja

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.

Ø    Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.

Ø    Manfaat

Manfaat metode ini bisa untuk kontrasepsi dan konsepsi
Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain:
  1. Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
  2. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
  3. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
  4. Tidak memerlukan pengawasan medis.
  5. Tidak mengganggu senggama.
  6. Mudah digunakan.
  7. Tidak perlu biaya.
  8. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
  9. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
Manfaat Non Kontrasepsi
Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain:
Untuk
bayi
  1. Mendapatkan kekebalan pasif.
  2. Peningkatan gizi.
  3. Mengurangi resiko penyakit menular.
  4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
  1. Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan.
  2. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).
  3. Mengurangi resiko anemia.
  4. Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.
Ø    Keterbatasan
Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:
  1. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
  2. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
  3. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
  4. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
  5. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
Ø    Yang dapat menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
  2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
  3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
  1. Dilakukan segera setelah melahirkan.
  2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
  3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
  4. Tidak mengkonsumsi suplemen.
  5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
Ø    Yang tidak dapat menggunakan MAL

Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
  1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
  2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
  3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
  4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
  5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
  6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
  7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
  8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Ø    Langkah langkah penentuan MAL
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam menggunakan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL).

C.    Suhu Basal

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik,  kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
o        Manfaat
Bagi konsepsi :

Ø  berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
Bagi Kontrasepsi :
Ø  berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.

o        Efektifitas

Metode suhu basal ini akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).

o        Factor yang mempengaruhi suhu basal
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan  metode suhu basal tubuh antara lain:
  1. Penyakit.
  2. Gangguan tidur.
  3. Merokok dan atau minum alkohol.
  4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
  5. Stres.
  6. Penggunaan selimut elektrik.
o        Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
  1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
  2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
  3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
  4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
  5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

o        Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
  1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
  2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
  3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
  4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
  5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
  6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
o        Petunjuk bagi pengguna metode suhu basal
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
  1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
  2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
  3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
  4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
  5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
  6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
  7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
  8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
  9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.



D.    Metode Lender Serviks
Metode mukosa cerviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

o        Esensi Metode Mukosa Serviks

Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
  1. Molekul lendir.
  2. Air.
  3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
vulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
  1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
  2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.

http://www.lusa.web.id/wp-content/uploads/2010/04/Mucus-Pattern.jpg
o        Manfaat

Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
o      Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.
o        Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
  1. Mudah digunakan.
  2. Tidak memerlukan biaya.
  3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
o        Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
  1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
  2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
  3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
  4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
o        Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
  1. Menyusui.
  2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
  3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
  4. Perimenopause.
  5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
  6. Spermisida.
  7. Infeksi penyakit menular seksual.
  8. Terkena vaginitis.
o        Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
  1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
  2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
  3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan.
  4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
  5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
  6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur.
  7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
  8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
  9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya


E.                 Metode Symtotermal
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
o      Manfaat
Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
o        Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.
o      Hal hal yang dapat mempengaruhi metode symtotermal menjadi efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
  1. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
  2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan.
  3. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur.
o      Hal hal yang mempengaruhi metode symtotermal menjadi tidak efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
  1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
  2. Wanita yang mempunyai penyakit.
  3. Pasca perjalanan.
  4. Konsumsi alkohol.
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi kurang akurat.
o      Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal
Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut:
  1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
  2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode simptothermal.
  3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri atau alasan lain.
  4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
  5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika dia hamil.
  6. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks.
o   Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
  1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang dibutuhkan.
  2. Aman.
  3. Ekonomis.
  4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
  5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
  6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode simptothermal dengan benar.
o   Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
  1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
  2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
  3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
  4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
o  Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
  1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
  2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung.
  3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lendir subur.
  4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.

5.      Contoh Pengamatan dan Pencatatan Grafik Simptothermal
Di bawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik simptothermal.

http://www.lusa.web.id/wp-content/uploads/2010/04/grafik-metode-simptothermal.gif
Interpretasi Grafik
Buat pengamatan Anda dalam urutan yang sama:
  1. Tanyakan (nama, umur, grafik ke …, jumlah hari siklus terpanjang dan terpendek).
  2. Apakah grafik suhu bifase terakhir?
  3. Apakah grafik ini dari seorang wanita dalam keadaan khusus?
  4. Menafsirkan grafik suhu (panjang siklus, pergantian hari, penerapan aturan “Three over Six”, mengenali hari pertama masa tidak subur setelah ovulasi).
  5. Menafsirkan pola lendir serviks (mengenali perubahan lendir serviks pertama kali, menafsirkan pola lendir serviks berdasarkan petunjuk, mengenali lendir pada hari puncak subur, mengenali masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi, periksa lendir dengan suhu).
  6. Menafsirkan perubahan pada serviks (pilihan), antara lain: perubahan serviks rendah, kaku, tertutup, serviks saat tidak subur dan perubahan serviks tinggi, lunak, terbuka, serviks saat subur.
  7. Menerapkan perhitungan siklus sedikitnya 6 kali siklus (siklus terpendek dikurangi 20 untuk mengenali hari subur terakhir).
  8. Amati perubahan yang terjadi.
  9. Periksa bila terjadi hal yang mempengaruhi grafik seperti: gangguan, faktor stres, penyakit ataupun obat.
  10. Terapkan petunjuk metode simptothermal ini dengan tepat (untuk merencanakan kehamilan atau mencegah kehamilan).
F.     Metode Coitus Interuptus

Pengertian
           
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
CaraKerja
 Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
  1. Alamiah.
  2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
  3. Tidak mengganggu produksi ASI.
  4. Tidak ada efek samping.
  5. Tidak membutuhkan biaya.
  6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
  7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
  8. Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
  1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
  2. Menanamkan sifat saling pengertian.
  3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
  1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
  2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
  3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus.
  4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
  5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.

PenilaianKlien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
Sesuai untuk
Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik.
Suami dengan ejakulasi dini.
Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain.
Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lain.
Pasangan yang tidak komunikatif.
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.


Cara Coitus Interuptus
  1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
  2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
  3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
  4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
  5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
  6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.


G.    Kondom Pria
            Kondom adalah sarung yang terbuat dari karet yang biasa disebut lateks, vinil atau plastik atau bahan alami dari produksi hewani yang dipakai pada penis pria saat berhubungan seksual..
Efektifitas pemakaian kondom akan tinggi, apabila pengguna kondom dapat menggunakan kondom dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan seksual. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, juga mencegah penyakit menular seksual.
Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
  1. Kondom biasa.
  2. Kondom berkontur (bergerigi).
  3. Kondom beraroma.
  4. Kondom tidak beraroma.
Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
  1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
  2. Sebagai alat kontrasepsi.
  3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.


Keuntungan menggunakan Kondom Pria :
Ø  Mencegah Penularan PMS
Ø  Mencegah ejakulasi dini
Ø  Membantu mencegah terjadinya kanker leher rahim (kanker serviks)
karena dapat mengurangi terjadinya iritasi akibat masuknya bahan
pemicu/penyebab kanker dari luar (karsinogenik eksogen) pada serviks
wanita.
Ø  Saling berinteraksi sesama pasangan
Ø  Mencegah imuno infertilitas
Ø  Tidak mengganggu kesehatan pemakai kondom
Ø  Tidak mempunyai pengaruh sistemik dalam tubuh
Ø  Murah dan dapat dibeli secara umum
Ø  Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Ø  Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Kerugian penggunaan kondom pria :
Ø  Efektifitas tidak terlalu tinggi
Ø  Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Ø  Agak mengganggu hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung.
Ø   Pada beberapa pria dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
Ø  Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Ø  Beberapa pria malu untuk membeli kondom di tempat umum
Ø  Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.


Di bawah ini, adalah cara pemakaian kondom pria yaitu:
Efektifitas pemakaian kondom akan tinggi, apabila pengguna kondom dapat menggunakan kondom dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan seksual. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, juga mencegah penyakit menular seksual.
  • Tahap 1
 
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.
  • Tahap 2
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

  • Tahap 3


Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
  • Tahap 4

Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.




  • Tahap 5

Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan Anda.
  • Tahap 6
Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

H.    Kondom wanita
Kondom wanita adalah kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka.
Cara kerja kondom wanita sama dengan cara kondom lelaki, yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita. Manfaat, keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar.


Adapun cara pemakaian kondom wanita sebagai berikut:

1.      Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.


2.      Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita punya ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam.


3.      Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.


4.      Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring.

.

5.      Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.


6.      Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.





7.      Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.



I.       Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.



Jenis diafragma antara lain:
  1. Flat spring (flat metal band).
  2. Coil spring (coiled wire).
  3. Arching spring (kombinasi metal spring).
Flat spring (Diafragma pegas datar)
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.
Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
  1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi).
  2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat kontrasepsi
  1. Efektif bila digunakan dengan benar.
  2. Tidak mengganggu produksi ASI.
  3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
  4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
  5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Manfaat non kontrasepsi
  1. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
  2. Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.
Keterbatasan
Meskipun alat kontrasepsi diafragma ini mempunyai manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi, tetapi alat ini juga mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
  1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
  2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
  3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
  4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
  5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
  6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
Penilaian Klien
Sebelum alat kontrasepsi diafragma digunakan oleh klien, sebaiknya petugas kesehatan mengkaji klien terlebih dahulu. Sehingga alat kontrasepsi ini sesuai atau tidak digunakan oleh wanita tersebut.
Sesuai untuk klien yang:
Tidak sesuai untuk
klien yang:
Tidak mau atau tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi hormonal (perokok, wanita di atas 35 tahun)
Mempunyai umur dan paritas serta masalah kesehatan yang menyebabkan kehamilan resiko tinggi
Tidak menyukai metode yang diberikan oleh petugas kesehatan (AKDR)
Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung
Tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina)
Jarang melakukan hubungan seksual dengan pasangannya
Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
Ingin melindungi dari penyakit menular seksual
Ingin metode KB efektif
Memerlukan metode sederhana sebelum memilih metode lain



Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi diafragma.
Efek Samping Atau Masalah
Pemberian antibiotik, sarankan mengosongkan kandung kemih pasca senggama atau gunakan metode kontrasepsi lain
Berikan spermisida bila ada gejala iritasi vagina pasca senggama dan tidak mengidap PMS atau bantu memilih metode lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum
Nilai kesesuaian ukuran forniks dan diafragma. Bila terlalu besar, coba ukuran yang lebih kecil. Follow up masalah yang telah ditangani
Timbul cairan vagina dan berbau
Periksa adanya PMS atau benda asing dalam vagina. Sarankan lepas segera diafragma pasca senggama. Apabila kemungkinan ada PMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi
Luka dinding vagina akibat tekanan pegas diafragma
Hentikan penggunaan diafragma untuk sementara dan gunakan metode lain. Bila sudah sembuh, periksa kesesuaian ukuran forniks dan diafragma
Hal yang Perlu Diperhatikan
Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan analgesic

J.      Spermisida
permisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.
Jenis spermisida terbagi menjadi:
  1. Aerosol (busa).
  2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
  3. Krim.
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
  1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
  2. Memperlambat motilitas sperma.
  3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
  1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
  2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
  3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
  4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
  1. Efektif seketika (busa dan krim).
  2. Tidak mengganggu produksi ASI.
  3. Sebagai pendukung metode lain.
  4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
  5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
  6. Mudah digunakan.
  7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
  8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan
  1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
  2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
  3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
  4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
  5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
  6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
  7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.
Penilaian Klien
Meskipun tidak memerlukan pemeriksaan khusus, namun perlu diperhatikan kondisi pengguna alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Sesuai untuk klien yang:
Tidak sesuai untuk klien yang:
Tidak suka atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal (seperti perokok, wanita di atas 35 tahun)
Mempunyai resiko tinggi apabila hamil (berdasar umur, paritas, masalah kesehatan)
Lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinya
Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung
Memerlukan metode kontrasepsi efektif
Tidak ingin hamil dan terlindung dari penyakit menular seksual, tetapi pasangannya tidak mau menggunakan kondom
Tidak mau repot untuk mengikuti petunjuk pemakaian kontrasepsi dan siap pakai sewaktu akan melakukan hubungan seksual
Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode lain
Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat reproduksinya (vulva dan vagina)
Jarang melakukan hubungan seksual
Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
Penanganan Efek Samping
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.
Efek Samping Atau Masalah
Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman
Periksa adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Gangguan rasa panas di vagina
Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik
Pilih spermisida lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.





K.    Cap Cerviks



Diafragma dan kap servikal adalah merupakan kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam.
Cara Kerja:
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.
Efektivitas:
Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat kegagalan pada pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27 kehamilan pada setiap 100 wanita atau berkisar 20%. Untuk lebih detailnya, pada wanita yang belum pernah melahirkan atau mempunyai anak jika menggunakan cervical caps ini tingkat kegagalannya berkisar 16%, tetapi pada wanita yang sudah pernah melahirkan atau mempunyai anak tingkat kegagalannya sekitar 32%. Dari data tersebut, efektivitas cervical caps lebih akurat pada wanita yang belum pernah melahirkan. Hal ini dikarenakan, serviks pada wanita yang sudah pernah melahirkan akan menjadi lebih besar dari ukuran semula karena pengaruh proses melahorkan. Sehingga cervical caps kurang cocok digunakan untuk wanita yang telah melahirkan.
Indikasi:
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin menunda untuk mempunyai anak.
Kontraindikasi:
Cervical caps tidak diboleh digunakan oleh wanita yang mempunyai:
  • Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi)
  • Riwayat PID (pelvic inflammatory disease)
  • Pap smear yang abnormal
  • Radang serviks (cervicitis) yang kronis
  • Otot vagina yang sensitive
  • Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
Keuntungan:
  • Kaps serviks bersifat reversible. Kap servik dapat digunakan lagi setelah dipakai dengan mencucinya menggunakan air hangat dan sabun yang lembut/ tidak bersifat asam. Selain itu, kap serviks tidak mempunyai efek yang berbahaya terhadap fungsi reproduksi baik wanita ataupun pria. Jika kap serviks tidak digunakan lagi, kemungkinan untuk hamil tetap ada.
  • Harganya tidak terlalu mahal, namun tidak dijual disembarang tempat.
  • Ukurannya kecil dan ringan, sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.
  • Hanya membutuhkan sedikit spermicide (jika dibandingkan dengan diafragma)
  • Kap serviks dapat dipakai selama 48 jam karena ukurannya yang kecil sehingga tidak menyebabkan tekanan pada VU dan tambahan ulang spermicide juga tidak dibutuhkan
  • Kap serviks merupakan metode non-hormonal barrier
  • Metode kap seviks ini dapat tetap digunakan pada Ibu yang sedang menyusui
  • Kap serviks aman dan dapat digunakan pada wanita yang merokok. Hal ini dikarenakan wanita yang merokok akan berisiko terganggu kesehatannya jika menggunakan kontrasepsi hormonal.
  • Membantu para wanita untuk lebih mengetahui dan mempelajari anatomi tubuh wanita, khususnya organ reproduksi
  • Tidak mempengaruhi siklus mentruasi
  • Tidak mempengaruhi kesuburan untuk ke depannya
Kerugian:
  • Dapat menyebabkan cervicitis
  • Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan yang signifikan > 20lbs (naik/ turun)
  • Membuat infeksi pada saluran perkemihan
  • Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
  • Penggunaannya cukup sulit. Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam memasang/memasukkan cervical caps ke dalam vagina dengan benar
  • Beberapa wanita akan merasa nyeri dan pasangannya akan merasa tidak nyaman ketika sedang melakukan hubungan intim.
  • Cervical caps dapat terlepas sewaktu-waktu dari dalam vagina ketika sedang melakukan hubungan intim ataupun sedang defekasi
  • Tidak bebas dijual di sembarang tempat dan penggunaannya pun harus sesuai dengan petunjuk dokter
  • Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual)
  • Tidak dapat mencegah penyebaran HIV AIDS
Efek Samping:
  • Menyebabkan iritasi pada daerah vagina
  • Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
  • Menimbulkan rasa tidak nyaman pada pemakainya dan juga pasangannya terutama ketika sedang berhubungan intim
  • Menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada daerah vaginal
  • Menimbulkan reaksi alergi terhadap kap-nya dan juga pada spermatisidanya.
Komplikasi:
  • Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps dilakukan pada saat menstruasi.
  • Dapat menyebabkan reaksi alergi yang sangat mengganggu.
  • Dapat menyebabkan iritasi pada serviks karena kontak yang terlalu lama dengan karen (kap) dan spermicide-nya.
Cara pemakaian:
Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah mencuci tangan, untuk menghindari masuknya bakteri berbahaya ke dalam liang vagina. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit dan sebelum melakukan hubungan seksual. Ada beberapa saran yang menyarankan penggunaan spermisida bersamaan dengan kap serviks. Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah ejakulasi intravagina terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang tertinggal di dalam vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus. Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun waktu 48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat digunakan kembali. Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera menggantinya.
Beberapa tips untuk memasukkan kap serviks:
  • Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida. Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain menjangkau sekeliling pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari telunjuk.
  • Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding vagina sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke atas, posisi jongkok, berbaring.
  • Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah tertutupi.
  • Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.





































BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan

·         macam macam alat kontrasepsi  sederhana dibagi 2 yaitu:
1.      Tanpa alat yang terdiri dari :
Metode kalender
Metode Mal (metode amenore laktasi)
Metode suhu basal
Metode lendir cervik
Metode symtotermal
Metode coitus interuptus
2.      Dengan alat yang terdiri dari
Kondom
Diafragma
Spermisida
Cap cerviks

·         Keefektifan metode sederhana ini tergantung pada cara pemakaian yang benar dan tepat
























DAFTAR PUSTAKA
·         Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 7- MK 14).
·         Endriana, 2009. KB Suhu Basal. //endriana25021989.wordpress.com/2009/05/04/kb-suhgu-basal/ diunduh 4 april 2012, 09:26 PM.
·         BKKBN 2006, Pedoman Materi KIE, pp.  41-43.